2. Menjadi Teladan Melalui Contoh Baik
Tindakan selalu berbicara lebih keras! Luangkan waktu dan temukan cara mengatur emosi diri. Mencontohkan strategi yang kita amati, tiru dan modifikasi dari yang sudah ada dan efektif. Ini sangat membantu dalam memimpin. Di titik ini, mendampingi dan mengasuh adalah memberi contoh agar mereka mampu mengikuti jejak yang kita beri dan tinggalkan buat mereka.
Pendekatan untuk Balita: Ada kalanya kita mulai bosan karena rutinitas. Bahkan frustrasi mendampingi dan mengasuh balita. Jika rasa itu datang, segera sediakan waktu untuk diri sendiri. Sederhananya, lakukan pernapasan tanpa melepaskan perhatian kepada mereka. Atau, jika diperlukan, berdoa sesuai yang diyakini dan pedomani. Biasanya, tindakan seperti ini memampukan kita menenangkan diri. Lalu kembali bersama dengan balita kita.
Pendekatan untuk anak-anak: Bicarakan terkait langkah dan aturan yang diberlakukan,untuk dipatuhi bersama. Berguna untuk menunjukkan bagaimana mereka memikirkan konsekuensi yang mungkin terjadi sebelum mengambil suatu tindakan.
Baca juga: Kapan Sebaiknya Si Kecil Baru Boleh Menonton, Berapa Lama Durasinya?
Pendekatan untuk remaja: Tanpa menambah dan membebani, komunikasikan perasaan kita terhadap mereka sebaik dan sebanyak yang dapat dilakukan. Semisal menceritakan dengan tenang bagaimana sulitnya menemukan keseimbangan pekerjaan dan rumah. Tak jarang setiap orang merasa kewalahan. Lalu, tunjukkan bagaimana kita bekerja dalam mengatur emosi tersebut.
3. Memiliki, Memperlihatkan dan Mempraktikkan Empati
Menjadi anak-anak tidak selalu semudah yang kita pikirkan. Seperti pengalaman yang kita jalani, terkadang menimbulkan kebingungan, bahkan frustrasi. Juga acap membuat keadaan benar-benar kompleks. Sulit.
Jadi, perlu memperlihatkan bahwa kita sangat memaklumi hal tesebut dengan baik. Berempati dengan perasaan mereka. Kemudian, bagikan kiat menangani kondisi serupa. Artinya, ibu atau ayah perlu berbicara dengan lembut ke anak-anak.
Pendekatan untuk Balita: Bisa jadi seorang balita jengkel, bahkan frustrasi tentang sesuatu. Padahal menurut kita sebenarnya tidak penting. Misal diberi sendok salah atau sekedar warna baju berbeda. Perlu diingat, bagi mereka itu merupakan hal besar. Sama seperti pekerjaan atau hal keuangan yang membuat kita stres.
Pendekatan untuk anak-anak: Waspada. Pujilah usaha anak-anak, bukan hasilnya. Jika mereka berusaha keras dalam suatu tugas misalnya, tunjukkan bahwa kita memahami betapa serius mereka mengupayakannya. Juga ketika anak-anak tidak mendapat nilai bagus. Membesarkan hati anak-anak secara pantas untuk tujuan yang lebih baik itu penting.
Pendekatan untuk remaja: Kita hendaknya menempatkan dan memiliki harapan yang realistis. Banyak orang tua acap tidak rasional. Jangan-jangan termasuk kita. Dalam proses menuju remaja, pasti banyak yang melakukan “coba-coba” dalam menuju kedewasaan dan membuat kesalahan. Kita diminta fokus pada perilaku yang berulang. Bukan hanya melihat satu peristiwa tunggal. Perlu kesinambungan perhatian.
4. Tetapkan Batasan Secara Positif
Temukan cara bersikap tegas, bukan kasar. Tetapkan batasan secara spesifik. Sebelumnya, tunjukkan dan perjelas konsekuensi pentingnya mengikuti aturan tanpa membuat mereka merasa kaget apa lagi terancam. Sampaikan aturan dan batasan secara positif. Tunjukkan pula bahwa mengikuti aturan bersama memberikan hasil positif bagi semua.
Pendekatan untuk Balita: Gunakan bahasa positif. Hindari kata “tidak” atau “jangan” sebisa mungkin. Alih-alih mengatakan “jangan berteriak” misalnya, katakan “gunakan suara pelanmu!” Buat bagan dan daftar pembanding bahasa negatif versus positif untuk digunakan terhadap mereka.
Baca juga: 10.000 USG Untuk Puskesmas dan 300.000 Antropometri Untuk Posyandu
Pendekatan untuk anak-anak: Pilih tindakan paling kita prioritaskan. Contoh: Tetapkan tiga “aturan rumah” secara jelas, mudah diingat dan diulangi. Pendekatan ini akan memberi anak-anak tanggung jawab mengikuti aturan tanpa membuat kewalahan.
Pendekatan untuk remaja: Hindari menetapkan batasan kaku. Misal durasi menatap layar gawai. Justru kita wajib membantu dan bekerjasama membuat jadwal dan durasi menatap layar per minggu. Misal berapa lama waktu untuk game dan menulis pesan dibandingkan mengerjakan tugas sekolah. Akan terlihat jelas waktu anak-anak terpisah dari layar gawai.
Menarik dan uptodate. Hal penting yg saat ini mmg hrs dikuasai oleh para keluarga muda.