Baduy dalam hanya memiliki 3 kampung, Cibeo, Cikeusik, Cikertawana. Baduy Dalam sangat memegang teguh adat istiadat dan hidup terisolir di tengah hutan. Mereka sangat tertutup dari teknologi. Maka dari itu, setiap wisatawan yang berkunjung, ketika memasuki wilayah Baduy Dalam sudah tidak diperbolehkan menggunakan smartphone dan segala bentuk kamera. Bukan hanya teknologi, mereka juga melarang keras penggunaan shampo, sabun, pasta gigi, detergen, segala bentuk bahan kimia yang akan mencemari lingkungan atau alam mereka. Jadi, kita sebagai pengunjung juga harus mandi di sungai atau pancuran hanya dengan berbilas air. Masyarakat Baduy Dalam tidak mengenal sekolah, namun hebatnya, para orangtualah yang mengajarkan baca tulis sederhana secara turun temurun agar anak-anak tetap bisa membaca. Wanita Baduy Dalam juga bisa menenun tetapi mereka hanya menenun pakaian untuk dipergunakan mereka sendiri. Pakaian mereka identik dengan bawahan hitam serta atasan putih, termasuk ikat kepala berwarna putih. Karena tenunnya hanya digunakan untuk konsumsi pribadi, rumah Baduy Dalam tidak memiliki beranda sehingga secara bagian rumah secara keseluruhan, rumah Baduy Dalam terasa lebih luas dibanding Baduy Luar.
Bagaimana untuk menuju ke Baduy Dalam?
Kita bisa membawa kendaraan pribadi atau naik KRL hingga ke Rangkasbitung. Jika naik KRL dari Rangkasbitung bisa menyambung angkutan kota hingga ke Ciboleger. Ada 2 rute untuk menuju ke Baduy Dalam, dari Ciboleger dengan rute jalan kaki selama 4-5 jam dan rute Cijahe dengan jalan kaki sekitar 2 jam. Namun untuk wisatawan disarankan melalui Ciboleger karena rutenya lebih aman dan nyaman.
Dari perbatasan Ciboleger, kita harus berjalan kaki sekitar 3.5 jam melewati berbagai kampung Baduy Luar. Ada sekitar 9 kampung yang akan dilewati. Rutenya masih cukup bersahabat dengan jalur berbatu. Setelah 1,5 jam perjalanan kita akan bertemu dengan jembatan besar dengan sungai yang masih jernih. Jika sedang musim durian jangan lupa untuk cicipi durian Baduy. Beberapa rumah di Baduy Luar menjual durian dengan kisaran harga 30 sampai 50 ribu perbuah tergantung besar kecil ukuran. Rasanya sangat nikmat, manis dengan bau yang tidak terlalu menyengat.
Setelah 3-3.5 jam perjalanan kita akan bertemu jembatan yang menghubungkan antara Baduy Luar dan Baduy Dalam, setelah melewati jembatan ini lah kita sudah tidak diperbolehkan menggunakan Handphone. Â Selepas jembatan ini pula jalurnya sangat menanjak dengan jalur tanah dan batu. Sepanjang perjalanan sudah tidak menemui perkampungan lagi. Jalurnya menanjak, menurun keluar masuk hutan. Hanya akan ditemui beberapa lumbung karena suku Baduy umumnya akan tidur di lumbung bukan di rumahnya. Mungkin untuk menghemat waktu dan tenaga dibanding harus bolak balik dari rumah ke ladang. Terkecuali hari Sabtu dan Minggu, mereka akan kembali ke rumah untuk beristirahat atau menyambut tamu-tamu yang datang.