ChatGPT: Terobosan yang Harus Dihindari atau Justru Harus Dihadapi dan Disiasati?

KOLOM DIGITAL EDUCATION OLEH M. GORKY SEMBIRING

“ChatGPT, singkatan dari Chat Generative Pre-training Transformer, memang keren dan paten. Dalam beberapa hal seolah mampu menghadirkan kesan hebat namun berpotensi membawa sesat, bahkan dapat pula merusak tatanan etis yang lazim berlaku selama ini!”

Kehadiran ChatGPT sebagai salah satu lompatan, berkecamuk perasaan tertentu sebagai keniscayaan kecanggihan teknologi. Jadi wajib menyesuaikan cara berpikir yang tak jarang secara algoritmis di luar yang bisa dan biasa kita cerna.

Revolusi besar dan cepat. ChatGPT lahir dan hadir, merupakan sejenis perangkat lunak yang memungkinkan pengguna mengajukan pertanyaan dengan bahasa percakapan sehari-hari. Lalu mendapat jawaban langsung dan segera.

Baca juga: Apakah Anak Merupakan Perpanjangan Ambisi Orang Tua?

ChatGPT telah merevolusi bidang pemrosesan bahasa berbasis kecerdasan buatan. Memungkinkan era baru melakukan percakapan interaktif dan dinamis antara manusia dan mesin. Dikembangkan OpenAI, ChatGPT mewakili kemajuan luar biasa dalam model generasi bahasa. Menggabungkan kekuatan pembelajaran mendalam dan pelatihan berskala besar, menciptakan medium interaksi interaktif cerdas. Mampu memahami dan menghasilkan respons seolah dilakukan manusia.

ChatGPT dibangun di atas fondasi yang diletakkan pendahulunya, GPT-3. Dengan peningkatan dan penyempurnaan yang menonjol tentunya. GPT-3 sudah menjadi model bahasa inovatif. Namun memiliki keterbatasan dalam kemampuan interaksinya. Upaya khusus OpenAI untuk meningkatkan kemampuan percakapan ini mengarah ke pengembangan ChatGPT. Sebuah model dirancang khusus untuk dialog interaktif manusia dan mesin dan tentu saja menarik.

Salah satu aspek utama yang membuat ChatGPT menonjol adalah kemampuannya memahami serta menanggapi permintaan dan pertanyaan rumit. Hal ini yang menjadikannya semakin mahir dalam melakukan percakapan interaktif secara rinci dan kontekstual. Dengan meramu sejumlah besar data beragam dan berkualitas tinggi, ChatGPT telah mengembangkan pemahaman mendalam tentang pola bahasa, semantik, dan isyarat kontekstual. Akhirnya menghasilkan respons yang koheren, komprehensif dan relevan untuk berbagai topik.

Munculnya ChatGPT membuka kemungkinan menarik di berbagai ranah. Ambil saja sebagai ilustrasi penerapannya dalam layanan pelanggan, asisten virtual, pembuatan konten, dan terutama sebagai platform pendidikan.

Foto oleh Cottonbro Studio dari Pexels

Di titik ini, apa lagi untuk dan di bidang pendidikan, telah mengubah cara manusia berinteraksi dengan materi melalui mesin. Namun tetap terasa seperti dan seolah sedang berinteraksi, juga mampu terlibat dalam percakapan layaknya antar-manusia. Berpotensi meningkatkan pengalaman pengguna, produktivitas dan memperluas akses atas aneka informasi dengan cara percakapan lebih terpadu dan inspiratif.

Baca juga: Menko PMK: Penanganan Stunting Harus Berkelanjutan

Namun, penting untuk diketahui, ChatGPT bukannya tanpa batasan. Meski unggul dalam menghasilkan tanggapan kreatif dan relevan secara kontekstual, tak jarang menghasilkan jawaban salah, tidak masuk akal bahkan rentan bias sesuai dengan kumpulan data yang ada. Sehingga membutuhkan upaya berkelanjutan mengurangi bias. Tetap perlu upaya memastikan penggunaan ChatGPT selain etis juga tepat dan akurat.

Parents Guide
Parents Guidehttp://www.burhanabe.com
Info seputar parenting, mulai dari kehamilan, tumbuh kembang bayi dan anak, serta hubungan suami istri, ditujukan untuk pasangan muda.

Related Posts

Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

0FansLike
400FollowersFollow
8,385FollowersFollow

Recent Stories