“Budaya adalah cara menghadapi dunia dengan mendefinisikannya secara terperinci.”
Begitu kutipan menarik Malcolm Bradbury, penulis dan akademisi Inggris yang menyelesaikan gelar PhD di University of Manchester tahun 1962. Kemudian menjadi professor di tahun 1970.
Membicarakan budaya memang selalu menarik. Apalagi di Indonesia, begitu beragam dan tersebar di seluruh negeri. Dengan ciri dan keunikan masing-masing, perihal budaya selalu menjadi sumber ide yang semakin seru bila didefenisikan secara terperinci sebagai bahan menghadapi dunia seperti disebutkan Malcolm Bradbury tadi.
Niat mendefenisikan budaya secara terperinci ini juga bisa dirasakan saat menikmati film Onde Mande besutan sutradara Paul Fauzan Agusta. Dibintangi Emir Mahira, Shenina Cinnamon, Jajang C Noer, Ajil Ditto, Shahabi Sakri, Jose Rizal Manua dan Musra Dahrizal membuat film berlatar budaya Sumatera Barat ini menjadi tema yang menghibur karena dikemas apik.
Berkisah dari keseharian Angku Wan, warga Desa Sigiran, Sumatera Barat yang acap mengikuti undian sabun mandi. Akhirnya berhasil memenangkan hadiah senilai 2 miliar.
Sayangnya, sebelum lagi sempat mengambil hadiah, malam sebelum dijanjikan untuk mendatangi perusahaan sabun sebagai penyelenggara undian keesokan harinya, Angku Wan yang selama ini hidup sendirian di desa meninggal. Tak ada sanak saudara karena sudah ditinggal istri dan anaknya merantau ke kota.
Akibat sudah lama hilang komunikasi dengan istri dan anak semata wayangnya, Angku Wan pun tak sempat ‘mewariskan’ hadiah ini ke ahli warisnya. Alhasil warga Desa Sigiran mengatur strategi dengan berupaya mengelabui perusahaan sabun agar hadiah itu tetap bisa diambil.
Berbagai strategi diatur meski terjadi pro dan kontra akan rencana ini. Di tengah konflik antar berbagai pihak inilah tersaji komedi yang terlihat sangat natural sebagai bagian dari keseharian masyarakat Minang.