Oleh Dr. Edi Setiawan Tehuteru, Sp.A(K), MHA.
Seorang ibu akan kembali bekerja setelah 3 bulan berada di rumah. Datang ke praktek untuk konsultasi mengenai persiapan apa yang harus ia lakukan bagi bayinya selama ditinggal di rumah.
Apa yang terjadi?
Banyak kantor sekarang yang menyediakan tempat penitipan bayi. Jika memang tersedia, alangkah baiknya bila bayi dititipkan di fasilitas tersebut sehingga ibu dapat terus menyusui bayinya tiap 2 jam. Bagi ibu yang bekerja di kantor yang tidak menyediakan tempat penitipan bayi, alangkah baiknya bila 2 minggu sebelum masuk kerja, ibu konsultasi ke bidan atau dokter untuk menanyakan persiapan yang perlu dilakukan.
Satu hal yang pasti adalah ibu harus tetap menyediakan ASI di rumah. Perah ASI sesuai dengan cara yang baik dan benar, yaitu letakkan ibu jari dan telunjuk di perbatasan areola. Tarik ke belakang dan tekan lepas, tekan lepas sampai ASI tidak keluar lagi. Mengingat payudara itu bulat, pastikan proses pemerahan dilakukan disemua lapang payudara. Pemerahan yang tidak merata akan menyebabkan benjolan di payudara, yang merupakan sisa ASI yang tidak ikut terperah.
Baca juga: Kanan Kiri Sama
Pemberian ASI dianjurkan untuk menggunakan cangkir atau dikenal dengan istilah cup feeder. Seseorang yang ditunjuk oleh ibu untuk merawat bayinya selama ia bekerja, diharapkan dapat belajar memberikan ASI kepada bayi menggunakan cup feeder. Seandainya ibu belum mempunyai pengalaman, kontrol ke bidan atau dokter untuk mendapat informasi mengenai hal tersebut. Kontrol paling tidak 2 minggu sebelum ibu kembali masuk kerja, dengan harapan, kalau sampai terjadi sesuatu masih ada waktu untuk memperbaikinya.
Sebagai catatan juga bahwa pada saat orang yang ditunjuk oleh ibu untuk merawat bayinya belajar di praktek bidan atau dokter, ibu harus berada di luar kamar praktek. Suara ibu yang terdengar oleh bayi akan menggangu proses belajar yang tengah berlangsung. Bayi akan berpikir, “Ini ibu ku ada di sini, mengapa saya harus minum pake cangkir?”. Akibatnya bayi terlihat akan menolak ASI yang sudah dimasukkan ke dalam cup feeder.
Hal yang harus diperhatikan saat pemberian ASI menggunakan cup feeder, adalah sebagai berikut:
1. Gendong bayi sedemikian rupa dengan posisi setengah duduk.
2. Isi cup feeder dengan ASI.
3. Letakkan bibir cup feeder menempel pada bibir bagian bawah.
4. Alirkan hingga ASI menyentuh bibir.
5. Bayi akan terlihat menjulurkan lidahnya untuk memasukkan ASI ke dalam mulutnya.
6. Pastikan ASI mengalir terus hingga menyentuh bibir.
7. Sendawakan bayi jika perlu.
Persediaan ASI yang telah ibu perah dapat disimpan di dalam kulkas. ASI yang disimpan disuhu ruangan dapat bertahan hingga 8 jam. ASI yang dimasukkan ke dalam kulkas 2 pintu, jika itu di bawah (cooler), dapat bertahan 2-3 hari dan sampai 6 bulan jika di atas (freezer).
Alangkah baiknya jika ASI disimpan di dalam wadah kaca. Bila tidak memungkinkan, dapat menggunakan wadah plastik yang sesuai untuk menyimpan makanan atau minuman. Kantong plastik khusus untuk menyimpan ASI yang terbuat dari silikon dapat dibeli di apotik. Selama di dalam kulkas, pastikan ASI tidak diletakkan bersebelahan dengan makanan yang belum matang, seperti daging, sayur, dan lain-lain. ASI dapat diletakkan di samping daging atau sayuran yang sudah diolah menjadi rendang atau sop misalnya. Jangan lupa juga untuk mencantumkan pada permukaan wadah, tanggal kapan ASI itu diperah.
Pastikan ASI yang diberikan kepada bayi adalah ASI yang baru diperah. Prinsip FIFO (First In First Out) tidak berlaku ketika kita hendak memberikan ASI perah kepada bayi. Guna mencairkan ASI yang membeku, sebaiknya ASI diturunkan dulu dari atas (freezer) ke bawah (cooler) lebih kurang pukul 22.00 dengan harapan pagi-pagi sudah mencair. Sebelum ibu berangkat kerja, bayi ada baiknya disusui terlebih dahulu. Selanjutnya baru menggunakan ASI perah.
Masukkan ASI perah sejumlah yang dibutuhkan oleh bayi ke dalam wadah kaca. Letakkan wadah tersebut ke dalam baskom yang telah terisi air hangat sampai suhu ASI layak untuk diminum bayi. Guna mengetahui apakah suhu ASI sudah tepat untuk diberikan kepada bayi, letakkan setetes ASI di punggung tangan. Selanjutnya, berikan ASI tersebut kepada bayi menggunakan cup feeder. Jangan sekali-kali mencairkan ASI yang membeku dengan menggunakan panci berisi air yang langsung diletakkan di atas api kompor. Tindakan ini akan menyebabkan komponen ASI yang dibutuhkan bayi hilang.
Baca juga: dr. Nat: Taklukkan Sengatan Ekstrim Matahari dan Polusi, Perawatan, Perlindungan Kulit Harus Utuh
Sepulangnya ibu dari kantor, pastikan bayi mendapat ASI langsung dari payudara ibu. Hal ini mengingat ASI itu ada komponen hidup dan yang mati. Komponen hidup yang ada di ASI contohnya adalah antibodi, sedangkan yang mati contohnya adalah kandungan gizinya (karbohidrat, protein, lemak, dan lain-lain). Saat ASI dimasukkan ke dalam kulkas, komponen hidup akan mati. Itu alasannya mengapa ibu harus menyusui langsung di payudara agar bayinya tetap bisa mendapatkan antibodi.
Sekiranya ada sesuatu yang masih belum jelas, jangan ragu untuk menanyakannya kepada bidan atau dokter. Kiranya dengan pengetahuan ini, ibu dapat bekerja dengan tenang dan kebutuhan bayi tetap dapat terpenuhi dengan baik.
Dari buku Di Balik Kamar Praktek: Jawaban atas Pertanyaan Seputar ASI oleh Dr. Edi Setiawan Tehuteru, Sp.A(K), MHA.
Foto utama oleh Sincerely Media dari Unsplash