Oleh Dr. Edi Setiawan Tehuteru, Sp.A(K), MHA.
Pasangan suami dan istri yang sudah menikah 10 tahun akhirnya mendapat kesempatan untuk mempunyai anak angkat. Mereka tahu ASI adalah yang terbaik untuk anak angkatnya. Tujuan kedatangan mereka ke tempat praktek adalah hendak menanyakan bagaimana bisa memperoleh ASI donor.
Apa yang terjadi?
Sebelum ASI donor, seandainya bayi yang kelak akan menjadi anak angkatnya diperkirakan akan lahir sebulan lagi dan anda sebagai ibu angkatnya semangat untuk memberikan ASI, dokter dapat mempersiapkan ibu agar dapat menyusui walaupun si bayi tidak lahir dari rahimnya sendiri. Pelaksanaannya tentu harus dibawah pengawasan dokter.
Seandainya kondisinya tidak memungkinkan seperti di atas, baru pikirkan ASI donor.
Layaknya darah, sebelum ASI donor diberikan kepada bayi, ASI tersebut harus diperiksa sedemikian rupa untuk diketahui apakah ada kuman yang dapat membahayakan si bayi.
Baca juga: Lawan Diabetes, RSCM Jalin Kerjasama dengan Joslin Diabetes Center
Di negara kita belum ada yang namanya bank ASI. Oleh karena itu, jika ibu tetap ingin memberikan ASI donor kepada bayi yang baru diangkatnya menjadi anak, dokter dapat menganjurkan orangtua untuk mencari sendiri ke saudara-saudaranya terlebih dahulu.
Biasanya, kalau masih dalam ruang lingkup keluarga, mereka mungkin lebih percaya dan sudah mengetahui riwayat kesehatan dari saudaranya yang mendonorkan ASI.
Bila tidak bisa mendapatkan ASI dari ruang lingkup keluarga, baru cari teman atau siapa saja yang dipercaya orangtua. ASI donor dapat disimpan di dalam kulkas. Jika disuhu ruangan dapat bertahan hingga 8 jam. ASI yang dimasukkan ke dalam kulkas 2 pintu, jika itu di bawah (cooler), dapat bertahan 2-3 hari dan sampai 6 bulan jika di atas (freezer).
Alangkah baiknya jika ASI disimpan di dalam wadah kaca. Bila tidak memungkinkan, dapat menggunakan wadah plastik yang sesuai untuk menyimpan makanan atau minuman. Kantong plastik khusus untuk menyimpan ASI yang terbuat dari silikon dapat dibeli di apotik. Selama di dalam kulkas, pastikan ASI tidak diletakkan bersebelahan dengan makanan yang belum matang, seperti daging, sayur, dan lain-lain. ASI dapat diletakkan di samping daging atau sayuran yang sudah diolah menjadi rendang atau sop misalnya.
Jangan lupa juga untuk mencantumkan pada permukaan wadah, tanggal kapan ASI itu diperah.
Pastikan ASI yang diberikan kepada bayi adalah ASI yang baru diperah. Prinsip FIFO (First In First Out) tidak berlaku ketika kita hendak memberikan ASI perah kepada bayi. Guna mencairkan ASI yang membeku, sebaiknya ASI diturunkan dulu dari atas (freezer) ke bawah (cooler) lebih kurang pukul 22.00 dengan harapan pagi-pagi sudah mencair.
Sebelum ibu berangkat kerja, bayi ada baiknya disusui terlebih dahulu. Selanjutnya baru menggunakan ASI perah.
Masukkan ASI perah sejumlah yang dibutuhkan oleh bayi ke dalam wadah kaca. Letakkan wadah tersebut ke dalam baskom yang telah terisi air hangat sampai suhu ASI layak untuk diminum bayi. Guna mengetahui apakah suhu ASI sudah tepat untuk diberikan kepada bayi, letakkan setetes ASI di punggung tangan.
Selanjutnya, berikan ASI tersebut kepada bayi menggunakan cup feeder. Jangan sekali-kali mencairkan ASI yang membeku dengan menggunakan panci berisi air yang langsung diletakkan di atas api kompor. Tindakan ini akan menyebabkan komponen ASI yang dibutuhkan bayi hilang.
Baca juga: Kesehatan Mental Ibu Pengaruhi Tumbuh Kembang Anak
Pemberiannya juga dengan cup feeder dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Gendong bayi sedemikian rupa dengan posisi setengah duduk.
2. Isi cup feeder dengan ASI.
3. Letakkan bibir cup feeder menempel pada bibir bagian bawah.
4. Alirkan hingga ASI menyentuh bibir.
5. Bayi akan terlihat menjulurkan lidahnya untuk memasukkan ASI ke dalam mulutnya.
6. Pastikan ASI mengalir terus hingga menyentuh bibir.
7. Sendawakan bayi jika perlu.
Kadang ada ibu yang bertanya, “Mengapa ASI tidak dapat diberikan menggunakan botol dan dot saja? Kedepannya atau sampai kapanpun toh bayi tidak akan menyusu langsung di payudara ibu”. Ini bukan masalah bayi ke depannya tidak akan menyusu di payudara ibunya, namun penelitian menunjukkan bahwa penggunaan botol dan dot lebih banyak rugi dibanding untungnya, antara lain adalah gigi bayi akan tumbuh mengarah ke depan dan mudah terjadi infeksi telinga.
Dari buku Di Balik Kamar Praktek: Jawaban atas Pertanyaan Seputar ASI oleh Dr. Edi Setiawan Tehuteru, Sp.A(K), MHA.
Foto utama dari Mother.ly