KOLOM DIGITAL EDUCATION OLEH M. GORKY SEMBIRING
“Hari terpenting dalam perjalanan pendidikan seseorang adalah hari pertama sekolah, bukan saat wisuda. Jadi, itulah hari sangat bermakna dari sisa hidup kita selanjutnya!”
Jika tidak memanfaatkan hari pertama tersebut sebaik-baiknya, dapat dipastikan bahwa hari-hari kita berikutnya akan jauh dari kebermaknaan.
Bukanlah berlebihan jika para pesohor dalam berbagai bidang kecendekiaan secara umum berpendapat bahwa mereka selalu menyukai hari pertama sekolah. Menurut mereka itu lebih baik daripada hari terakhir karena merupakan permulaan. Hari pertama sekolah: Hari ketika hitungan mundur ke hari terakhir sekolah dimulai.
Disayangkan, jika ada dari kita yang malah tidak merasakan dan sekaligus mengalami kesan indah tentang hebatnya hari pertama sekolah. Betapa meruginya jika semua anak Indonesia, malah kehilangan masa terindah dalam sekolah. Yakni, hari pertama sekolah, bukan saat wisuda.
Baca juga: Siswa Indonesia Raih Medali dan Penghargaan di Ajang IOAA 2023
Pindah cerita. Jumat, 18 Agustus 2023, pukul 08.00 – 11.15 WIB ada kegiatan Seminar Akademik dalam rangka Upacara Wisuda Universitas Terbuka Serang, di Universitas Terbuka Convention Center. Peserta berjumlah 720 lulusan. Sekitar 500 lulusan berprofesi sebagai guru, tersebar bertugas di semua kabupaten dan kota di Provinsi Banten.
Dalam sesi diskusi, muncul pertanyaan yang mengguncang. Salah seorang lulusan, yang berprofesi sebagai guru, bertanya. Oh ya, si penanya memiliki adik yang sudah kehilangan dorongan untuk lanjut sekolah. Merasa hidupnya hampa karena kegalauan tak berujung.
Merasa tak berdaya dan tak mampu tetap sekolah.
Seperti kehilangan harapan. Layaknya kehilangan motivasi bukan hanya untuk sekolah. Bahkan bisa jadi merasa kehilangan untuk menjalani hidup.
Begini pertanyaannya: “Bagaimana memotivasi seseorang yang kehilangan semangat dan keinginan untuk tetap sekolah?”
Dia kehilangan cara meyakinkan adiknya agar tetap sekolah meski dengan keadaan tidak sebaik yang seharusnya. Dugaan kita, jangan-jangan ada banyak anak Indonesia berada pada posisi ini. Tak punya semangat dan motivasi tetap sekolah karena berbagai penyebab. Faktor penggeraknya berbeda pada tiap anak. Tetapi intinya, ada sejumlah anak Indonesia berada pada posisi dan kondisi di mana tak punya greget tetap sekolah.
Baca juga: Cegah Perkawinan Anak, Penguatan Kapasitas Pendamping Diperlukan
Di saat bersamaan, kita semua menyadari bahwa kesejahteraan dan kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan potensi dan kompetensi sumber daya manusia. Handal dan profesional. Sumber daya insani seperti ini jelas hanya dapat diwujudkan melalui pendidikan berkualitas. Pintu masuknya: Sekolah.
Perlu orientasi unik membantu seseorang dalam usia sekolah bila terlanjur tak lagi ingin sekolah. Apa lagi kehilangan motivasi akibat perasaan hampa dan latar belakang keluarga yang sulit. Sekali lagi, perlu pendekatan unik, selain harus sensitif berbasis empati, juga harus bijak berlandaskan kesabaran.