Sel Punca Darah yang digunakan untuk transplantasi dapat didapatkan melalui dua cara. Yang pertama melalui panen sel punca melalui sumsum tulang. Tindakan ini merupakan prosedur lama yang sudah mulai ditinggalkan, karena tindakan ini mengharuskan pasien untuk masuk ruang operasi dan mendapatkan anestesi umum, selain itu tindakan ini juga memerlukan masa penyembuhan yang lama. Yang kedua panen sel punca melalui darah. Teknik ini yang sekarang lebih banyak digunakan di beberapa negara yang sudah melakukan TSPD. Panen akan dilakukan melalui mesin yang disebut mesin Apharesis, mesin ini akan disambungkan dengan tubuh pasien melalui selang infus sentral. Darah pasien akan ditarik oleh mesin dan mesin yang “pintar” ini akan menyaring sel punca yang terdapat dalam darah pasien dan darah sisanya akan dikembalikan ke dalam tubuh pasien. Prosedur ini memakan waktu tiga sampai delapan jam, dan pasien dapat melakukan kegiatan lain sambil darahnya ini diputar. Sebetulnya ada satu lagi sumber sel punca, yaitu melalui darah tali pusat yang sekarang banyak beredar di masyarakat. Namun penggunaan sel punca dari darah tali pusat jarang digunakan dalam transplantasi sel punca darah karena jumlah sel punca yang biasanya lebih sedikit dan memakan waktu yang lama dalam proses penyembuhannya.
Setelah mendapatkan sel punca yang dibutuhkan, barulah dapat dimulai proses transplantasi sel punca darah. Pasien akan diberikan kemoterapi dosis tinggi terlebih dahulu atau disebut dengan conditioning, dengan tujuan menghilangkan produk-produk darah yang rusak dan menghabiskan sumsum tulang yang rusak, sehingga mempermudah penempelan dari sel punca yang diberikan. Setelah conditioning, baru transplantasi dapat dilakukan. Sel punca yang sudah dipanen sebelumnya akan diberikan sesuai dosis yang dibutuhkan, prosesnya seperti pemberian transfusi darah saja, dan akan selesai dalam beberapa jam. Selama proses transplantasi, pasien akan dirawat di dalam ruangan transplantasi. Ruangan ini merupakan ruangan yang sangat steril dengan standar khusus, karena setelah mendapat conditioning, badan penerima akan menjadi sangat rentan terhadap infeksi yang dapat berakibat gagalnya proses transplantasi. Sehingga pasien akan berada di dalam ruangan ini sampai daya tahan tubuhnya kembali normal, yang biasanya memakan waktu 14 hari sampai 30 hari setelah proses transplantasi dilakukan.
Setelah transplantasi, pasien akan mendapatkan obat untuk mengurangi kemungkinan terjadinya reaksi penolakan. Obat ini mulai diminum dari pasien di Rumah Sakit dan akan diminum terus sampai lima tahun setelah transplantasi dan tidak ada reaksi penolakan.
Pasien akan melakukan pemantauan berkala sampai lima tahun setelah transplantasi dilakukan untuk memantau kemungkinan reaksi penolakan. Awalnya pasien akan sering kontrol ke Rumah Sakit, dari satu minggu sekali, dua minggu sekali, setiap bulan, tiga bulan, lalu setiap enam bulan sekali sampai pasien dinyatakan selesai dalam seluruh prosedur transplantasi ini.
Transplantasi Sel Punca Darah merupakan sebuah prosedur yang panjang dan tidak mudah. Namun tindakan ini dapat menjadi harapan baru bagi anak-anak Indonesia dengan kelainan darah untuk mendapatkan hidup normal seperti anak-anak lainnya dan menjadi generasi penerus bangsa kita selanjutnya.