Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan (Dit. PPK), menggelar Festival Pertunjukan Cerita Panji Anak-Anak dan Remaja 2023. Kegiatan ini diselenggarakan untuk memeriahkan ASEAN Panji Festival 2023 yang berlangsung pada tanggal 7 s.d. 28 Oktober 2023 di Yogyakarta, Kediri, Malang, Pasuruan, dan Solo.
Koordinator Kelompok Kerja Diplomasi Budaya Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kemendikbudristek, Yusmawati, mengatakan “Kegiatan ini bertujuan untuk mensosialisasikan lebih jauh Cerita Panji di Indonesia karena masih banyak yang belum mengenal cerita ini. Rangkaian Festival Panji merupakan upaya kita bersama untuk merawat cerita ini dan menyebarluaskan lebih jauh lagi ke dunia internasional,” ujarnya dalam pembukaan lomba di Studio TV Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, (10/10).
Festival Pertunjukan Cerita Panji Anak-Anak dan Remaja terbuka untuk umum dan diikuti oleh kelompok/sanggar/komunitas/desa dari seluruh Indonesia dengan kategori anak-anak rentang usia 6-12 tahun dan remaja dengan usia 13-18 tahun. Calon peserta harus mengirimkan rekaman karya berupa video yang diseleksi secara daring oleh Dewan Pengamat. Pengumpulan karya dimulai dari tanggal 14 Agustus s.d. 30 September 2023. Total peserta yang mendaftar berjumlah 36 grup untuk kategori remaja dan 10 grup untuk kategori anak-anak.
Baca juga: Manfaat ASI Pada Bayi Lahir Prematur dan Panjang Badan Rendah
Setelah proses seleksi selesai, terpilih 10 grup kategori anak-anak dan 20 grup kategori remaja untuk melaju ke babak final. Peserta tersebut harus menampilkan karyanya di atas panggung secara langsung. Karya video yang dipilih mengusung topik Cerita Panji sesuai dengan cerita yang berkembang di daerah masing-masing.
Babak final dilaksanakan pada tanggal 10-12 Oktober 2023 di Studio TV Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur. Seluruh peserta dari masing-masing kategori hadir menampilkan karya terbaiknya di hadapan lima Dewan Pengamat, yakni Sulistyo S. Tirtokusumo, Henri Nurcahyo, Koes Yuliadi, Ely Andra Widharta, dan Wiyono Undung Wasito. Para pengamat merupakan pegiat seni Panji yang telah lama berkecimpung di dunia seni pertunjukan. Selama tiga hari berlangsung, ratusan penonton memadati Studio TV Universitas Brawijaya. Ada orang tua, remaja, hingga anak kecil. Semuanya kompak bertepuk tangan ketika peserta favoritnya tampil.
Catatan Dewan Pengamat
Pengamatan dilakukan untuk memilih kreator terbaik melalui beberapa aspek, yaitu koreografi/penyutradaraan, pemeranan, harmoni, dramatik, kreativitas, iringan, rias, dan busana. Setelah berdiskusi secara intensif, Dewan Pengamat bersepakat menghasilkan beberapa catatan. Henri Nurcahyo, salah satu dari lima Dewan Pengamat menyampaikan catatan untuk peserta kategori anak-anak setelah proses sidang Dewan Pengamat selesai.
Ia menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada para peserta yang datang dari luar Jawa, seperti dari Palangkaraya (Kalimantan Tengah), Maros (Sulawesi Selatan), dan Bali, untuk hadir mengikuti acara ini dengan semangat dan tampil maksimal di Kota Malang, Jawa Timur.
Dari sisi konten, para peserta menyajikan pertunjukannya dengan beberapa klasifikasi. Pertama, peserta menampilkan Cerita Panji apa adanya sebagaimana yang sudah ada sebagai karya sastra atau dongeng yang beredar di masyarakat tanpa perubahan apapun. Kedua, peserta melakukan modifikasi dan mengembangkan kreativitas dari cerita asli dengan menyesuaikan kondisi dan situasi kekinian. Ketiga, ada yang sama sekali atau tipis kadar Panjinya, tetapi disajikan dengan kesungguhan untuk mengangkat dan memperkenalkan cerita lokal dari daerahnya.
Setelah menyandingkan 10 karya kategori anak-anak, Dewan Pengamat menyampaikan catatan khusus. Peserta yang telah menunjukkan kemampuan sutradaranya dalam merangkum beberapa unsur sekaligus, yaitu teater, tari, pembabakan, busana, rias, dan sajian wayang golek menjadi suatu garapan yang utuh. Di samping itu, para pemainnya tampil dengan kemampuan penguasaan garapan yang merata dan luar biasa untuk ukuran anak-anak yang masih usia Sekolah Dasar. Hal ini disajikan oleh Sanggar Tari Solah Wetan dari Ponorogo dengan karya Sayembara Dewi Songgo Langit.
Dewan Pengamat juga memberikan catatan terhadap peserta yang menghadirkan sebuah pertunjukan yang relatif berbeda dengan lainnya, tampil kreatif dalam bentuk sajian karya tari, disertai dialog yang ditembangkan, dan iringan musik minimalis, tetapi mengena sehingga menjadi pertunjukan yang menarik dan terasa puitis bagaikan mantra. Hal ini dilakukan oleh Nrithya Graha Siwanatraja dari Bali dengan karya berjudul Panji Sekar Emas.
Sebagai ajang lomba untuk kategori anak-anak, Dewan Pengamat menyaksikan penampilan peserta yang mengedepankan gaya permainan anak-anak yang sangat kental dengan sajian yang bagus dan sudut pandang yang berbeda dengan lainnya. Hal ini dihadirkan oleh PPST SDN Purwantoro 2 Kota Malang dengan karya berjudul Jaruman Atat.
Dewan Pengamat juga melihat ada peserta yang tampil dengan koreografi dan kemampuan tari yang bagus sehingga menjadi bagian yang kuat dalam pertunjukannya, yaitu Sanggar Bethari Jombang dengan judul Panji Laras.
Hal yang sama juga dikatakan Henri untuk kategori remaja. Menurutnya, sangat sulit untuk menentukan siapa yang terbaik dari seluruh peserta karena semuanya bagus. “Seandainya boleh dimenangkan 20, maka semuanya juara,” ujar Henri.
Ia juga mengatakan, rata-rata penyajian musiknya digarap dengan sangat bagus padahal ada keterbatasan sarana dan dimainkan oleh pelajar. “Setting juga membuat kekaguman yang membawa penonton masuk ke dalam imajinasi sesuai dengan gagasan penggarap,” tuturnya.
Tangis Peserta
Suasana studio bertambah meriah ketika Dewan Pengamat mengumumkan pemenang dari masing-masing kategori. Bahkan, tak sedikit peserta yang menangis terharu ketika nama sanggarnya muncul sebagai pemenang. Sepuluh karya terbaik kategori anak-anak, meliputi SD Islam Al-Azhar Kelapa Gading judul karya “Legenda Reog Ponorogo” (Surabaya), PPST SDN Purwantoro 2 judul karya “Jaruman Atat” (Malang), Sanggar Tari Solah Wetan judul karya “Sayembara Dewi Songgolangit” (Ponorogo), Teater Anak MI Mujahidin judul karya “Panji Laras” (Jombang), Sanggar Bethari judul karya “Panji Laras” (Jombang), Teater SDN Plumbungan Sukodono judul karya “Enthit Sang Pembaca Alam” (Sidoarjo), Teater Anak Ketjil judul karya “Toakala dan I Bissu Daeng” (Maros, Sulawesi Selatan), Multimedia MI Khadijah judul karya “Insan Kamil dalam Tari Topeng” (Malang), Sanggar Seni dan Budaya Darung Tingang judul karya “Cerita Ande-Ande Lumut” (Palangkaraya), dan Nrithya A Graha Siwanataraja judul karya “Panji Sekar Emas” (Bali).
Baca juga: Ada ‘Hack the Store’ di Gerai Converse Mall Kokas, Ajak Gen Z Berkreasi Lebih Segar & Mendobrak
Sementara itu, untuk karya terbaik kategori remaja diraih oleh Sevacter judul karya “Silalatu Pajajaran” (Bandung), Sanggar Seni Gedhang Godhog judul karya “Golek Kencana” (Tulungagung), PPST SMPN 4 judul karya “Ikatan Cinta Panji Asmara Bangun” (Malang), Sanggar Budaya Saraswati judul karya “Wedar Narawangsa” (Kediri), Sanggar Larasati judul karya “Anggraeni Nitis” (Mojokerto), PPST SMPN 24 judul karya “Kang Kangkang” (Malang), Sanggar Andhe-Andhe Lumut judul karya “Cemethi Sada Lanang” (Kediri), Sanggar Sardulo Djojo judul karya “Pupusing Asmara” (Malang), Sanggar Murwita Group judul karya “Pitutur Panji” (Mojokerto), dan Ginarsajiwa judul karya “Tanda Pena” (Malang).
Koordinator dan penggarap pentas Sanggar Art Three asal Cilegon, Roni Gesenk mengatakan, ini merupakan kali pertama sanggar mereka mengikuti lomba di tingkat Nasional. “Lomba ini menjadi oleh-oleh terbaik buat kami dan pengalaman yang indah,” ujarnya. Meski belum berhasil menang, Ia berharap kegiatan ini dapat dilaksanakan secara berkelanjutan. “Semoga lomba ini bisa menular ke provinsi lain, khususnya provinsi kami, yaitu Banten,” harapnya.