Hingga saat ini, stroke menjadi penyebab disabilitas nomor satu dan penyebab kematian nomor dua di dunia setelah penyakit jantung baik di negara maju maupun berkembang. Untuk itu masyarakat diharapkan mampu mengenali tanda dan gejala stroke agar dapat hidup lebih berkualitas.
“Di Indonesia stroke menjadi penyebab kematian utama yaitu 19,42% dari total kematian berdasarkan IHME tahun 2019 dan berdasarkan hasil riskesdas prevalensi stroke di Indonesia meningkat dari 7/1000 penduduk pada tahun 2013 menjadi 10,9/1000 penduduk pada tahun 2018.” kata Direktur Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tidak menular Dr. Eva Susanti, S.Kp., M.Kes dalam keterangan tertulisnya.
Lebih lanjut Dr. Eva menyampaikan gejala stroke dapat dikenali dengan tanda tanda SeGeRa Ke RS. Dimana Se adalah senyum tidak simetris, Ge adalah gerak separuh anggota tubuh melemah tiba-tiba, Ra adalah bicara pelo, Ke adalah Kebas separuh tubuh, R adalah rabun atau pandangan mata kabur tiba-tiba dan S adalah sakit kepala hebat yang muncul tiba-tiba.
Baca juga: Perangi DBD, Kemenkes Tebar Nyamuk Wolbachia di Kupang
Sekitar 90% kasus stroke dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risiko seperti hipertensi, diabetes, merokok, diet yang tidak sehat, dan kurang aktivitas fisik.
“Bagi penyandang diabetes mellitus dan hipertensi sebagai kelompok risiko tertinggi terjadinya stroke, dapat dilakukan pencegahan dini faktor risiko stroke dengan melakukan pemeriksaan propilipit.”ungkap Dr. Eva.
Upaya lain pencegahan faktor risiko terjadinya stroke adalah kesadaran setiap individu untuk bertanggung jawab terhadap kesehatan diri masing-masing dengan mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat.
Upaya pencegahan stroke dengan merubah gaya hidup lebih sehat sangat dirasakan manfaatnya oleh Rahmat (69 tahun) penyintas stroke pecah pembuluh darah di tahun 2012 dengan masa pemulihan saat ini telah mencapai 95%.
“Saya banyak membaca buku-buku kesehatan dan sadar untuk tidak mengkonsumsi makanan-makanan yang dapat menyebabkan darah kental serta tidak mengkonsumsi makanan berlemak yang dapat tumbuh dan berkembang dalam darah saya.” kata Rahmat.
Baca juga: Menikah Muda Berpotensi Lahirkan Anak Stunting
Pencegahan faktor risiko gejala stroke juga disampaikan oleh dr. Mohammad Kurniawan (Perhimpunan Dokter Spesialis Neurologi Indonesia) mengatakan cek kesehatan secara rutin, enyahkan asap rokok, rajin aktivitas fisik, diet seimbang, istirahat cukup dan terakhir kelola stress (CERDIK).
“Kagiatan ini sebenarnya telah cukup lama dikampanyekan oleh Kementerian Kesehatan yakni CERDIK.” kata dr. Kurniawan.
Lebih lanjut dr. Kurniawan menambahkan apabila telah muncul gejala stroke hal utama yang dilakukan adalah kenali gejala stroke karena harus segera ditangani. Keterlambatan dalam menangani gejala stroke menimbulkan kematian pada jaringan otak yang mengakibatkan kecacatan bahkan kematian.
Foto utama oleh Usman Yousaf dari Unsplash