Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Sulawesi Selatan, Shodiqin, SH, MM mengatakan Program Keluarga Berencana (KB) memiliki kontribusi yang besar dalam menurunkan angka Stunting.
“Stunting bisa dicegah kalau program KB berjalan optimal, stunting terjadi karena adanya kelahiran. Jika kehamilan yang ada terencana, diperiksa secara rutin, akan mencegah potensi lahirnya anak stunting.”
Hal itu dikatakan Shodiqin dalam Rapat Koordinasi bersama Penyuluh KB dan Jejaring dalam rangka Peningkatan Capaian KB Pasca Salin dan Percepatan Penurunan Stunting, di Aula Lagaligo Kantor Bupati Kabupaten Luwu Utara, Jumat (01/12/23).
“Kami melihat pertemuan ini sangat penting, bagaimana kita bekerja agar Program KB bisa berhasil dan bagaimana menurunkan angka stunting, di mana saat ini menurunkan stunting menjadi program prioritas nasional dan Pj. Gubernur Sulsel,” sebut Shodiqin.
Disebutkan, Data Survey Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 menunjukkan angka stunting Sulawesi Selatan masih tinggi yaitu 27,2 persen di atas rata-rata nasional 21,6 persen.
Baca juga: ASI Eksklusif untuk KB Alami dan Cegah Stunting
“Terbitnya Perpres Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting mengamanatkan BKKBN sebagai ketua atau koordinator pelaksana percepatan penurunan stunting tingkat nasional. Bukan hanya menurunkan tetapi mempercepat penurunan stunting, di mana pemerintah menargetkan di tahun 2024 turun menjadi 14 persen,” sebut Shodiqin.
Lebih lanjut, Shodiqin menyebutkan kasus stunting banyak terjadi pada kehamilan yang tidak direncanakan, khususnya yang terjadi pada pernikahan di usia muda.
“Menikah di usia muda berpotensi melahirkan anak stunting. Hal ini disebabkan ketidaksiapan remaja baik segi kesehatan, fisik dan mentalnya, termasuk kesiapan ekonomi,” ungkap Shodiqin.
Untuk itu, Shodiqin menekankan pentingnya pendewasaan usia perkawinan, di mana usia ideal menikah bagi perempuan minimal 21 tahun dan pria 25 tahun. Hindari juga kehamilan berisiko dengan menghindari 4Terlalu. Meliputi, terlalu muda melahirkan di bawah 20 tahun, terlalu tua melahirkan di atas 35 tahun, terlalu dekat jarak kelahiran di bawah dua tahun, dan terlalu banyak melahirkan.
Dijelaskan pula bahwa saat ini BKKBN telah membentuk Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang berperan sebagai ujung tombak upaya percepatan penurunan Stunting di lini lapangan. Mereka bertugas memberikan pendampingan kepada keluarga berisiko stunting yaitu remaja sebagai calon ibu, ibu hamil, ibu nifas dan bayi di bawah dua tahun.
“Kalau TPK optimal bergerak di lapangan, kami yakin angka stunting di Kabupaten Luwu Utara bisa diturunkan dan kami menghaturkan terima kasih dan mengapresiasi dukungan pemerintah daerah Luwu Utara dalam pelaksanaan program Bangga Kencana,’ ujar Shodiqin.
Hal ini dibuktikan dengan penghargaaan yang diterima Ketua TP PKK Kabupaten Luwu Utara berupa Manggala Karya Kencana (MKK) dari BKKBN serta Satya Lancana Wirakarya (SWK) dari Presiden.
Nilai manfaat
Sekretaris Daerah Luwu Utara, Ir. H. Armiadi, M.Si mengatakan Program KB memiliki nilai manfaat dalam meningkatkan derajat kesehatan ibu dan dan anak. “Dengan program KB, Angka Kematian Ibu dan Bayi dapat kita turunkan, karena fungsi KB adalah mencegah atau tepatnya mengatur kehamilan agar sehat,” jelasnya.
Selain itu, lanjut Armiadi, laju pertumbuhan penduduk dapat dikendalikan dan berimplikasi pada meningkatkannya kualitas dan kesejahteraan masyarakat
Untuk itu, Armiadi menekankan perlunya upaya dalam meningkatkan kualitas dan akses pelayanan KB dengan melibatkan seluruh pihak terkait, termasuk Penyuluh KB dan petugas kesehatan.
Baca juga: Perangkat Ajar Kesehatan Resmi Masuk Kurikulum Merdeka
“Pelayanan kontrasepsi dan Keluarga Berencana menjadi pilar penting dalam upaya percepatan menurunkan stunting. Untuk itu, penting dilakukan edukasi terkait jenis dan metode kontrasepsi dengan segala kekurangan dan kelebihan. Sehingga masyarakat dapat memilih kontrasepsi secara tepat dengan melibatkan peran Penyuluh KB dan petugas kesehatan khususnya bidan dan dokter,” sebut Armiadi.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kabupaten Luwu Utara, Dr. H. Agunawan, SKM, M.Si, dalam laporannya menyebutkan kegiatan ini diikuti 80 orang perserta. Terdiri dari Kepala Dinas Kesehatan, Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Ketua Perzagu, Kepala Puskesmas, Satgas Stunting dan Penyuluh KB.
“Angka stunting di Kabupaten Luwu Utara masih tinggi di atas rata-rata nasional dan Sulsel, yaitu 29,8 persen tahun 2022. Dari hasil Survey Kesehatan Indonesia 2023 nantinya, angka stunting ini kami harapkan dapat turun,” sebut Agunawan.