Kepala BKKBN RI, dokter Hasto, menegaskan kehamilan harus direncanakan agar bayi yang dilahirkan sehat, dan tidak stunting. Salah satunya dengan mengatur jarak kelahiran antar anak.
Hal itu ditegaskan dokter Hasto pada kegiatan Sosialisasi dan Pelayanan KB di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kerang, Desa Kerang, Kecamatan Batu Engau, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, di awal minggu lalu.
Pengaturan jarak kelahiran agar tidak terlalu rapat demi mencegah lahirnya anak-anak stunting, menurut dokter Hasto, dapat dilakukan melalui program Keluarga Berencana (KB).
Sebagaimana diketahui, Presiden Joko Widodo, melalui Peraturan Presiden No. 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting, mengamanatkan penanganan stunting secara lebih masif. Sehingga target 14 persen stunting secara nasional dapat dicapai pada 2024.
“Ini (ibu hamil) harus dikawal mulai dari masa kandungan,” kata dokter Hasto dalam keterangan tertulisnya, seraya memberikan apresiasi kepada remaja putri yang antusias mengikuti program minum tablet tambah darah sebagai upaya mereka mengantisipasi melahirkan anak stunting pada saat menikah.
Baca juga: Rayakan Hari Musik Nasional, Senandung Pelangi Hadirkan Single Perdana, My Lovely Family
Pada bagian lain sambutannya, dokter Hasto mengatakan bahwa
intensifikasi dan integrasi pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi di wilayah khusus perbatasan menjadi salah satu Program Prioritas Nasional (Pro PN).
Mengutip PP No. 18 Tahun 2020 tentang RPJMN Tahun 2020 – 2024, dokter Hasto mengemukakan bahwa BKKBN mendukung dua agenda pembangunan/ prioritas nasional, yaitu meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas dan berdaya saing serta revolusi mental dan pembangunan kebudayaan.
Baca juga: Momen Mengharukan Rayakan World Rare Disease Day Ratusan Pelari Semarakkan Run for Rare Social Run
Dalam kaitan ini, BKKBN semakin mendorong agar penggunaan kontrasepsi, khususnya metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP), semakin meningkat. Sehingga di antaranya dapat menekan angka drop out akseptor.