Keragaman, Kegunaan dan Keterbatasan Perangkat Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Buatan

KOLOM DIGITAL EDUCATION OLEH M. GORKY SEMBIRING

*Catatan dan Pertimbangan Orang Tua maupun Pendidik Terhadap Maraknya Alat Bantu Pembelajaran Berbasis Kecerdasan Buatan dalam Mendampingi Belajar Anak

“Terobosan serta capaian sains dan teknologi saat ini merupakan pemberdayaan terdahsyat bagi hidup dan kehidupan manusia. Kita wajib peka apakah menjadi anugerah, atau malah musibah, bergantung pada penanganannya. Menjadikan tangan mampu menangani resultante kemajuan sains dan teknologi secara tepat dan manfaat merupakan tantangan bagi kita semua. Terutama orang tua dan pendidik dalam mendampingi anak-anak yang saat ini sedang dalam proses pendidikan dan tanpa henti dikitari temuan teknologi serba canggih!”

Kemunculan Artificial Intelligence atau AI yang sering disebut pula Kecerdasan Buatan, beberapa dekade lalu menemukan momentum. Merambah secara mendalam dan luas ke banyak sendi kehidupan serta peradaban manusia. Kini telah menjadi keniscayaan yang harus masuk dalam pertimbangan kita semua. Terutama para orang tua yang punya anak dan sedang menjalani pendidikan, entah tingkat dasar, menengah bahkan perguruan tinggi.

Keniscayaan untuk maklum hadirnya Kecerdasan Buatan bukan hanya relavan untuk orang tua, tapi juga para guru atau pendidik. Setiap kehadiran teknologi, wajib menjadi perhatian semua.

Baca juga: ChatGPT: Terobosan yang Harus Dihindari atau Justru Harus Dihadapi dan Disiasati?

Sejatinya, tak ada inovasi di bidang apapun, terlebih pendidikan “dimaksudkan” merusak peradaban. Jelas, bukan demikian! Namun, meski nihil niat merusak, intrusi teknologi dalam bidang apapun, tetap disertai unintended consequences. Yakni, konsekuensi yang tidak diniatkan, tidak direncanakan dan tidak diinginkan. Namun acap hadir bersamaan dengan manfaat yang dijanjikan dan diidamkan.

Sebagai ilustrasi, petani hendak menanam sayuran. Lahan dibersihkan, benih dipilih secara baik. Lalu disemai dan diperlihara secara seksama. Realitanya, selalu saja ada tumbuhan pengganggu. Rerumputan atau ilalang juga ikut tumbuh. Jika tidak diwaspadai, bisa malah mendominasi, hingga menghambat bahkan menggagalkan pertumbuhan sayuran.

Demikian halnya dengan teknologi, terutama di bidang pendidikan dengan kemunculan alat bantu pembelajaran berbasis Kecerdasan Buatan, semacam Chat GPT dan sejenisnya.

Jadi teringat kata bijak Sun Tzu, dalam The Art of War, “Jika kita mengenal musuh dan mengenal diri sendiri, usah risaukan hasil pertempuran apa saja. Jika mengenal diri tetapi belum mengenal musuh, meski di atas kertas menang, kita berpotensi kehilangan. Yang tragis, kita belum mengenal diri sendiri dan juga musuh. Niscaya akan kalah sekaligus kehilangan dalam tiap pertempuran apapun, kapanpun!”

Foto oleh Hitesh Choudhary dari Unsplash

Dari ilustrasi ini, sesungguhnya nothing is wrong with the technology. Tak ada yang salah dengan teknologi. Namun masalahnya adalah ketidakmampuan mengenal dan memaknai teknologi. Terutama terkait kemaslahatan untuk diri dan lingkungan. Jadi, harus dilihat secara unik.

Baca juga: Moms dan Pops, Ada Wingko Semarang Untuk Berantas DBD di Kota Semarang!

Teknologi terkait pendidikan, khususnya pembelajaran, selalu memberi manfaat. Sepanjang mengenal dan mampu mengelola teknologi tersebut di satu sisi, di sisi lain kita cukup cakap memetik manfaat maksimal selaras kompetensi yang hendak dijelajah dan kuasai.

Memasuki 2020 lalu, apa lagi sejak merebak pandemi COVID-19, keberadaan Kecerdasan Buatan sudah menjadi keseharian manusia. Terutama terkait pendidikan, secara khusus dalam konteks pembelajaran, mulai dari tingkat dasar, menengah bahkan sampai jenjang perguruan tinggi.

Parents Guide
Parents Guidehttp://www.burhanabe.com
Info seputar parenting, mulai dari kehamilan, tumbuh kembang bayi dan anak, serta hubungan suami istri, ditujukan untuk pasangan muda.

Related Posts

Comments

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Stay Connected

0FansLike
400FollowersFollow
8,385FollowersFollow

Recent Stories