Moms dan Pops, anak-anak dengan autisme di Indonesia menghadapi sejumlah gambaran umum dan permasalahan yang berkaitan dengan kondisi mereka. Selain masih dirasakan terdapat kesadaran yang kurang luas tentang autisme, dimana banyak orang mungkin tidak mengenali gejala-gejala autisme atau tidak memahami kebutuhan khusus anak-anak dengan autisme, akses terhadap layanan kesehatan dan pendidikan yang sesuai bagi anak-anak dengan autisme mungkin masih terbatas di beberapa daerah. Belum lagi keterbatasan akses terhadap pendidikan inklusif dan dukungan keluarga yang utuh dalam menangani anak-anak dengan autisme.
Pengertian Gangguan Spektrum Autisme
Melansir artikel yang ditulis oleh dr. Fransiska Kaligis, Sp.KJ(K) dari laman RSUI, pengertian gangguan spektrum autisme merupakan suatu gangguan perkembangan perkembangan saraf (neurodevelopmental) yang ditandai dengan keterbatasan dalam komunikasi sosial dan interaksi sosial, serta memiliki pola perilaku atau minat terbatas dan sering berulang-ulang tanpa tujuan yang jelas (stereotipik). Gangguan ini disebut juga Gangguan Perkembangan Pervasif (Pervasive Developmental Disorder atau PDD). Arti kata pervasif dalam gangguan perkembangan ini adalah gejala yang berat dan luas, mempengaruhi fungsi individu secara mendalam pada segala situasi.
Gejala Khas Gangguan Spektrum Autisme
– Gangguan dalam interaksi sosial
– Gangguan dalam komunikasi verbal dan non-verbal serta bermain
– Aktivitas dan minat yang terbatas dan diulang-ulang
Pada kebanyakan kasus, terdapat riwayat perkembangan abnormal sejak masa bayi dan biasanya telah muncul dalam 5 tahun pertama. Diagnosis gangguan spektrum autisme sendiri ditegakkan berdasarkan observasi klinis ditemukannya gejala-gejala tersebut sebelum usia 3 tahun.
Kondisi seperti ini tentulah akan sangat mempengaruhi perkembangan baik mental maupun fisik anak tersebut. Apabila tidak dilakukan intervensi secara dini, dan tatalaksana yang tepat, sulit diharapkan perkembangan yang optimal akan terjadi pada anak-anak ini. Mereka akan semakin terisolir dari dunia luar dan hidup dalam dunianya sendiri, dengan berbagai gangguan mental dan perilaku yang semakin mengganggu dan tentunya semakin banyak dampak negatif yang akan terjadi di kemudian hari.
Baca juga: Mensos Risma: Pendampingan Psikososial Pulihkan Mental Anak-anak Rentan
Beberapa gangguan yang digolongkan dalam PDD, yaitu:
– Gangguan Autistik
– Sindrom Rett
– Sindrom Asperger
– Gangguan Disintegratif Masa Kanak
– Gangguan Perkembangan Pervasif Lainnya (Pervasive Developmental Disorder – Not Otherwise Specified=PDD-NOS)
Epidemiologi
Autisme ditemukan pada 4-5 per 10.000 anak (penelitian Victor Lotter, di Inggris, 1966), kemudian ditemukan peningkatan prevalensi autisme: 13 per 10.000 anak (penelitian Tanoue, di Jepang, 1988) dan penelitian terakhir (2000) menunjukkan angka 1 per 1000, bahkan pada laporan paling akhir ditemukan pada 1 per 160 anak pra-sekolah di Amerika Serikat (Research Units on Pediatric Psychopharmacology (RUPP) Autism Network, Nov 2005). Penelitian di Belanda menemukan data 0,5% dari populasi umum (Buitelaar,J.,2006).
Di Indonesia belum ada angka yang pasti mengenai prevalensi gangguan spektrum autisme. Di Poliklinik Psikiatri Anak dan Remaja RSCM pada tahun 1989 hanya ditemukan 2 pasien, dan pada tahun 2000 tercatat 103 pasien baru, terjadi peningkatan sekitar 50 kali dan di tahun 2016 gangguan spektrum autisme merupakan gangguan kunjungan ketiga terbanyak yang datang ke poliklinik psikiatri anak dan remaja di RSCM. Biasanya gangguan spektrum autisme lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibanding anak perempuan dengan perbandingan 4 : 1.
Faktor-faktor yang dapat Menyebabkan Timbulnya Gangguan Spektrum Autisme
Sampai saat ini diketahui bahwa penyebab gangguan spektrum autisme bersifat sangat kompleks. Selain itu penyebab gangguan ini pada satu individu dengan individu lain dapat berbeda-beda. Faktor genetik, epigenetik, infeksi, imunologi, metabolik, nutrisi dan toksik merupakan faktor yang mungkin berperan. Yang sekarang berkembang adalah teori biologis yang berperan dalam faktor penyebab autisme, yang antara lain faktor genetik, faktor perinatal (selama kehamilan, persalinan dan bayi baru lahir), lesi/kelainan di otak, adanya gangguan/disfungsi neurokimia otak.
Oleh karena itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh orang tua dan keluarga disekitar anak tersebut. Faktor risiko spesifik yang ada seperti kelahiran kurang bulan, paparan terhadap substansi pada masa prenatal, kejang, dan abnormalitas yang ditemukan dalam masa pertumbuhan anak.
Tanda Peringatan (Red Flags): Gejala Dini pada Spektrum Autisme
Kunci yang sangat penting untuk mendeteksi spektrum autisme sejak dini, yaitu melakukan skrining dan monitoring terhadap tumbuh kembang anak. Beberapa gejala awal dapat ditemukan dalam masa perkembangan anak terkait spektrum autisme, sebagai berikut.
Usia 12 bulan : Tidak merespon saat namanya dipanggil
Usia 14 bulan : Tidak menunjuk pada benda untuk menunjukkan ketertarikan
Usia 18 bulan : Tidak dapat pura-pura bermain
Sedangkan secara umum, gejala yang ditemukan antara lain:
– Menghindari kontak mata dan lebih suka menyendiri
– Kesulitan untuk mengerti perasaan orang lain atau menyuarakan perasaannya sendiri
– Mengalami keterlambatan dalam berbicara dan kemampuan berbahasa
– Mengulang kata atau frasa berulang kali (echolalia)
– Menjawab pertanyaan dengan jawaban yang tidak berhubungan
– Menjadi marah karena perubahan-perubahan kecil
– Memiliki minat obsesif
– Melakukan gerakan repetitif seperti tepuk tangan, bergoyang, atau berputar-putar
– Memiliki reaksi yang tidak wajar terhadap stimulasi suara, bau, rasa, rupa atau raba
Penatalaksanaan Gangguan Spektrum Autisme
Karena kompleksitas dan heterogenitas faktor-faktor yang menyebabkan gangguan spektrum autisme maka seringkali pengobatan untuk gangguan spektrum autisme sulit ditentukan.