“Tenggelam merupakan salah satu penyebab utama kecelakaan dan kematian pada anak usia 1-4 tahun.” – Sarah Denny, MD, FAAP.
Kolom dr. Laksmita Dwana, S.S
Dengan kembalinya dibuka tempat wisata publik, Moms and Pops tentunya antusiasme mengajak si kecil untuk berkegiatan di luar ruangan, salah satunya adalah berenang. American Academy of Pediatrics (AAP) menghimbau para keluarga untuk memberikan berbagai proteksi agar anak dan remaja tetap aman di sekitar air, terutama ketika belajar berenang.
Sejak lama AAP merekomendasikan berenang sebagai salah satu aktivitas yang dapat dilakukan oleh anak sejak usia 1 tahun. Akan tetapi, perlu dipahami bahwa perkembangan masing-masing anak berbeda-beda dan tidak semuanya siap untuk diajari berenang pada standar usia tertentu.
Dalam menentukan keputusan ini, Moms and Pops perlu memperhatikan dan mempertahankan kedewasaan emosional anak, batasan dan kemampuan fisik dan perkembangan anak, serta kenyamanan anak ketika berada di dalam air. Di sisi lain, AAP menyatakan bahwa berenang merupakan salah satu cara bertahan hidup yang perlu dipelajari oleh setiap orang, utamanya penduduk di daerah yang memiliki banyak perairan di sekitar.
Baca juga: Sajian Menu Tinggi Protein untuk Anak
Tak hanya berenang, baby spa juga merupakan salah satu aktivitas yang dapat dilakukan si kecil menggunakan pelampung air. Umum diketahui juga bahwa tren baby spa turut meningkat dalam rangka menjaga kenyamanan dan kesehatan anak sedari kecil. Untuk meyakini keamanan sang buah hati selama berkegiatan di dalam air, berikut tips bagi Moms and Pops dalam menemani dan membimbing anak saat beraktivitas di dalam air!
1. Pantau dengan ketat
Selama menemani anak di dalam air, Moms and Pops ataupun pengasuh wajib memantau gerak-gerik si kecil. Peran ini disebut sebagai water watcher yang sebaiknya tidak diganggu gugat oleh pekerjaan atau kegiatan sosial lainnya agar perhatian tetap terpusat pada pergerakan anak selama berenang. Persiapkan diri dan anak dengan life jackets ketika berada di dekat perairan, seperti danau atau sungai.
2. Hindari penggunaan pelampung leher
FDA melarang pemakaian pelampung air pada leher bayi selama menjalani intervensi terapi air seperti baby spa ataupun saat berenang, utamanya pada bayi yang memiliki riwayat keterlambatan perkembangan atau berkebutuhan khusus, seperti penderita spina bifida, spinal muscular atrophy S(MA) tipe 1, Down syndrome, atau cerebral palsy. Penggunaan pelampung air pada leher meningkatkan resiko cedera leher hingga kasus tenggelam. Perlu dipahami bahwa FDA tidak pernah mengungkapkan manfaat penggunaan pelampung air pada leher bagi bayi selama beraktivitas di dalam air.
3. Kosongkan tempat yang dapat menampung air
Kejadian tenggelam tertinggi pada balita terjadi di dalam rumah, yaitu di dalam bathtub atau toilet. Di kisaran rumah, sebaiknya Moms and Pops dapat mengosongkan seluruh bak, bathtub, dan kolam air yang dapat dihampiri oleh anak. Sebaiknya, pintu kamar mandi pun diyakini tertutup setelah menggunakannya untuk menutup akses bagi anak mencoba berkeliaran ke daerah kamar mandi.
4. Pagari tepian kolam renang
Jika Moms and Pops memiliki kolam renang pribadi dalam rumah, memasang pagar di seluruh tepi kolam renang merupakan opsi yang diutamakan untuk mencegah kemungkinan anak dapat tercebur dan tenggelam di dalamnya. Hal ini termasuk juga mengunci pagar kolam, mengunci jendela yang mengarah ke kolam, menutup kolam dengan pool cover, serta mengaktifkan pool alarms.
5. Pahami dan pelajari bantuan hidup dasar
Basic Life Support atau Bantuan Hidup Dasar merupakan salah satu tindakan penyelamatan kondisi kegawatdaruratan, salah satunya adalah kejadian tenggelam. Moms and Pops, pengasuh, kerabat terdekat, maupun saudara yang lebih dewasa dapat mempelajari bantuan hidup dasar agar bersiap diri ketika dihadapi dengan kejadian tenggelam.
dr. Laksmita Dwana, S.S, Praktisi Kesehatan
Sumber: