Singkirkan rasa bersalah ketika kamu berada pada satu tempat, jangan merasa bersalah karena kamu tidak kerja, saat kamu kerja, jangan merasa bersalah karena kamu tidak di rumah (Katie Couric, Produser & Jurnalis Penyiaran Kenamaan dari Amerika Serikat)
Kalimat bijak Katie Couric di atas jadi sangat relevan bagi seorang perempuan berstatus ibu, istri sekaligus pekerja. Ada perempuan pekerja yang berambisi mengejar karir mencapai puncak. Mereka ingin mendefenisikan perempuan mandiri dengan caranya. Namun ada pula yang bekerja karena memang harus. Berjuang demi keluarga.
Pilihan wanita bekerja sangat beragam. Mulai dari yang memang dikhususkan untuk wanita sampai yang sesungguhnya lebih pada kategori pekerjaan pria. Itu pun mampu dilakukan wanita masa kini.
Setidaknya seperti dijalani Corina, Direktur Mipcon Group of Companies, penyedia solusi industri terintegrasi di Indonesia. Pekerjaan yang menuntut kinerja serius dan tanggung jawab yang sama sekali tidak ringan, apalagi untuk seorang perempuan.
Menelisik postingan akun sosial medianya, perempuan yang selalu ceria dan seakan memiliki ‘tenaga ekstra’ ini selalu terbang dari satu tempat ke tempat lain demi panggilan tugas.
Baca juga: Janji Ibu untuk Mawar de Jongh
“Kadang saya sampai rumah hanya sempat tukar isi koper. Lanjut lagi ke lokasi lain. Bahkan seringkali perpindahan perjalanan tanpa transit di rumah, langsung ke tujuan berikut,” tuturnya ceria seperti tak kenal lelah.
Tapi apa betul Corina tak kenal lelah?
Tampaknya memang seperti itu. Sebab ketika sedang berada di rumah pun tidak semata leyeh-leyeh, apalagi perintah sana-sini layaknya Lady Boss. Balutan seragam proyek berwarna oranye yang membuat tampilannya begitu garang di lapangan akan berganti daster batik bahan katun saat di rumah. Bergegas ke halaman depan, dirinya luwes bergabung dengan para ibu kompleks menghampiri gerobak sayur langganan. Belanja, rumpi, tertawa, lalu menyediakan masakan buat keluarga.
Ternyata ini rahasianya yang bikin semua dijalani dengan sukacita. Di lapangan boleh garang namun di halaman langsung menebar keriangan layaknya ibu-ibu lain, bersentuhan urusan rumah tangga. Jangan kaget pula melihatnya mendorong gagang pel, mendorong ember, mengaduk-aduk masakan dan beres-beres.
Kelelahan di lapangan dan dunia kerja tidak menjadi alasan melepas urusan rumah tangga dan menuntut perlakuan istimewa. Apalagi terbawa-bawa sebagai direktur di perusahaan dan memerintah semaunya.
