Oleh: Ardo R. Dwitanto, Head of Investment Gallery/Faculty IPMI International Business School
Investasi merupakan salah satu keputusan penting dalam kehidupan seseorang. Setiap orang belajar agar pintar mencari uang. Namun, pengetahuan untuk mengelola uang, diantaranya berinvestasi, masih dimiliki oleh sedikit orang. Hal ini tercermin dari terungkapnya banyak kasus investasi bodong yang memakan banyak korban, bahkan juga dialami oleh orang-orang yang berpendidikan tinggi.
Entah apa yang membuat banyak orang tetap mempercayakan uangnya kepada oknum-oknum pengelola investasi bodong. Bujuk rayu yang selalu disodorkan oleh oknum pengelola investasi bodong tidak lain adalah janji imbal hasil (Keuntungan) yang sangat besar, jauh di atas bunga deposito bank, tetapi seolah-olah tanpa resiko, layaknya deposito bank.
Selain itu, pengelola investasi bodong memanfaatkan kondisi terkini sebagai konteks investasinya, sehingga membuat penawarannya terdengar menjanjikan. Misalnya, investasi bodong pada bisnis alat kesehatan (alkes) di masa pandemi ini, dimana permintaan alkes sangat tinggi saat ini. Terdengar cukup masuk akal bukan?
Baca Juga: Mia Utari: Usaha yang Lahir dari Pencinta Kain, Tidak Bohong Lho!
Karena itu, setiap orang perlu belajar agar pintar berinvestasi, tidak terkecuali Moms. Investasi bukan sesuatu yang susah untuk dipelajari. Setiap orang dari berbagai latar belakang pendidikan dapat belajar berinvestasi selama ada kemauan. Ya benar, siapa pun itu, termasuk Moms pebisnis dan yang aktif di rumah tangga.
Berikut empat tips untuk memulai berinvestasi sehingga tidak terjerumus dalam investasi bodong.
Tips pertama: Pahami perbedaan antara menabung dan berinvestasi
Banyak orang menabung uangnya di bank. Bank selalu memberikan bunga setiap bulan kepada para nasabahnya dan siap membayar ketika para nasabahnya menarik dana mereka sesuai saldo yang dimiliki.
Jika menabung di bank dalam bentuk deposito, maka pemilik deposito akan menerima bunga sesuai yang dijanjikan dan dijamin dapat menarik semua dana depositonya ketika depositonya jatuh tempo.
Jadi, menabung memberikan kepastian akan penarikan seluruh dana tabungan plus pendapatan bunganya. Hal ini menjadikan bunga bank, khususnya deposito, sebagai patokan imbal hasil bebas risiko.
Berbeda dengan menabung, berinvestasi tidak memberikan kepastian akan penarikan modal investasi dan imbal hasilnya. Karena itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melarang para pengelola investasi untuk menjanjikan imbal hasil kepada para nasabahnya.
Karena itu, jika Anda ditawarkan investasi dengan imbal hasil yang lebih tinggi daripada bunga deposito bank dan ditawarkan kepastian akan penarikan seluruh modal Anda plus imbal hasilnya layaknya deposito bank, maka investasi tersebut mencurigakan dan perlu dihindari.
Banyak pengelola investasi bodong menawarkan kepastian akan imbal hasilnya tetapi tidak memberikan jaminan akan penarikan seluruh modal investasi.