DIGITAL EDUCATION
Kolom M. Gorky Sembiring – Pegiat Pembelajaran Sepanjang Hayat & Praktisi Pendidikan Jarak Jauh
Ada pertimbangan agar anak-anak kita diikhlaskan menjadi penulis skenario, sutradara sekaligus pemeran utama dalam drama mereka sendiri. Apa iya demikian?
Dengan beragam cara maupun setiap ada kesempatan, anak-anak acap bertanya, “Apakah mereka diperhatikan, didengar, dianggap penting? Perilaku mereka kelak sangat ditentukan oleh cara kita merespons pertanyaan mereka di masa lampau!
Mari merenung. Kata cerita, bila anak hanya mendapat pendidikan formal di sekolah, sejatinya belum menjalani proses yang menghasilkan keluaran pendidikan sesungguhnya. Mengapa? Anak-anak memang harus dididik, namun tetap harus berkesempatan sedemikian rupa mampu mendidik diri sendiri sesuai kodrati anak-anak, yang tentu saja tak selalu didapatkan dari bangku sekolah.
Alih-alih, justru kebanyakan kesempatan mendidik diri sendiri banyak diperoleh melalui lingkungan, bisa saja terjadi di luar rumah yang sama sekali jauh dari pantauan orang tua atau keluarga. Lalu, apakah seperti itu pasti tidak baik? Atau, sebaliknya, apakah kesempatan mendidik diri sendiri yang diperoleh di rumah sudah pasti baik? Belum tentu! Terlalu banyak faktor tak bisa dikendalikan yang mempengaruhi bagaimana anak-anak mendapatkan kesempatan mendidik diri sendiri dengan baik.
Lalu, sebagai orang tua, apa dan bagaimana menyikapi kegamangan ini?
Di tengah gejolak dunia saat ini yang rentan perubahan serba acak dan cepat, terlalu naif jika menyerahkan secara total urusan pendidikan anak-anak ke sekolah ataupun guru. Apa lagi dengan pembelajaran masih dari rumah.
Dalam kegamangan begini, harus diupayakan membantu, mengkondisikan lingkungan terdekat anak-anak sedemikian rupa kondusif sehingga mampu mengendalikan diri. Menahan gejolak emosi dalam perjalanan menemukan jati diri di masa pancaroba. Jauh dari kecenderungan berperilaku destruktif yang dapat merusak diri sendiri maupun orang lain.
Sekuat daya menciptakan prakondisi sehingga ada harapan mengantisipasi kemungkinan kesulitan dan kesengsaraan untuk masa depan kelak. Terutama membantu agar terhindar dari pengaruh negatif lingkungan sekitar.
Menyikapi hal ini, orangtua perlu fokus terkait atensi, komunikasi, inspirasi dan asistensi. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi demikian masif dan sistematis, membuat pengetahuan apa saja, tersebar cepat. Pengetahuan pun jika tidak disikapi bijak, oleh siapa saja, dapat menjadi pemicu perilaku destruktif. Pilihan sikap yang dapat menjadi cakrawala bagi kita sebagai orang tua bersama-sama dengan anak mengarungi samudra yang bergejolak ini kita perlu mengenali karakteristik mereka. Ini penting dijadikan fokus.