Banyak cara yang dilakukan para kader KB yang tergabung dalam Tim Pendamping Keluarga ketika mengajak masyarakat ikut dalam penanganan stunting. Salah satunya program 1 anak 1 warung makan yang dilakukan di Kecamatan Rappocini. Menurut Kepala UPT Balai Penyuluhan KB Kecamatan Rappocini, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan Syafruddin program ini berhasil mengajak para pengusaha rumah makan ikut atasi stunting.
“1 anak (stunting) 1 warung makan. Diharapkan itu akan menjadi virus menyebar ke kelurahan2 yang lain. Konsepnya selama ini orang-orang ada istilah jumat berkah. Biasanya 100 dus satu kali seminggu tiap jumat dibawa ke masjid yang makan bapak-bapak yang sudah buncit. Kenapa tidak diarahkan kepada yang betul-betul anak-anak stunting. Data anak-anak stunting kan sudah ada selanjutnya warung makan yang biasanya jumat berkah dialihkan ke anak stunting setiap hari dikasih menu siap saji yang penting minimal 1 telur menunya,” ungkapnya.
Ia menuturkan bahwa program ini pernah menjadi percontohan bagi daerah lainnya dalam menangani anak stunting. Penyajiannya dalam bentuk makanan siap saji dan Tim Pendamping Keluarga selalu mendampingi hingga anak sasaran tersebut selesai memakannya agar makanan yang telah diberikan tidak dimakan anggota keluarga lainnya.
Baca juga: Pengasuhan Positif Berbasis Hak Anak Jadi Kunci Jauhkan Kekerasan
Sementara itu, Musawarti, seorang kader di Kecamatan Rappocini yang juga ditemui pada saat bersamaan mengatakan walaupun wilayahnya termasuk wilayah yang warganya berekonomi cukup, tapi terkadang ia sering dikira meminta sumbangan ketika melakukan penyuluhan ke tiap rumah warga. Selain itu, pola pikir masyarakat yang akan mengikuti penyuluhan bila ada snack atau “amplop”. Kendati demikian ia juga mengungkapkan bekerja secara ikhlas selama menjadi kader.
“Secara ikhlas kami kerja ini. Banyak sedikitnya (insentif) kita pasti senang. Selama masih tenaga kita masih dibutuhkan (akan jadi kader kb). Kendalanya kalau mau penyuluhan ditanya mereka “adakah?” Yang berarti ada amplopnya nggak? Kita ketuk pintu lalu dijawab “tidak ada terima sumbangan”. Mereka tidak lihat kita, saat lihat baru tahu kita kader kb,” ujar Musawarti sambil tersenyum.
Baca juga: Optimis Target Penurunan Stunting 14 Persen Tercapai di 2024
Sedangkan Desi yang juga kader TPK di Kecamatan Rappocini mengungkapkan dikawasan RW yang ia pegang kebanyakan berekonomi menengah ke atas, kesulitannya adalah waktu penyuluhan kepada para ibu pekerja di wilayahnya sehingga anak-anak diasuh oleh kakek nenek atau pembantu. Padahal pola pengasuhan juga punya pengaruh besar untuk menentukan anak akan stunting atau tidak.
Foto utama oleh Kazuend dari Unsplash